Selasa, 26 Maret 2013

TUGAS AUDIT 2 : PERENCANAAN AUDIT


Kelompok 9 : 
Silvia Dewi Lestari C1C010050
Citra Puspita          C1C010053
Sausan Nuhaa M.  C1C010055
Dede Eros R.        C1C010058
Yuni Hiziatun         C1C010078

Perencanaan merupakan tahapan yang penting dalam audit, karena perencanaan mengatur mengenal urutan setiap bagian atau tahapan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam standar auditing bagian standar pekerjaan lapangan, menyatakan bahwa :“Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.”
Perencanaan Audit merupakan tahap kedua dari suatu audit yang menyangkut penetapan strategi audit untuk pelaksaan dan penentuan lingkup audit. Perencanaan merupakan tahap yang cukup sulit dan menentukan keberhasilan penugasan audit. Perencanaan audit biasanya dilakukan antara tiga hingga enam bulan sebelum akhir tahun buku klien.

Luas perencanaan audit dipengaruhi oleh:
·        Ukuran dan kompleksitas perusahaan klien
·        Pengalaman auditor dengan klien
·        Pengetahuan dan kemampuan auditor beserta seluruh stafnya

Adapun tujuan Perencanaan Audit ialah:
  • Memperoleh bukti kompeten yang mencakupi dalam situasinya pada saat itu
  •  Menekan biaya audit
  •   Menghindari salah pengertian dengan klien

Tahapan dalam perencanaan audit meliputi :


Memahami Bisnis dan Industri Klien
Pemahaman terhadap bisnis dan industri klien dapat membantu auditor dalam menilai risiko-risiko yang berkaitan dengan lingkup usaha klien dan risiko salah saji material dalam laporan keuangan klien.
Langkah – langkah yang dapat diambil auditor dalam tahap ini yaitu :
a.    Meninjau pabrik dan kantor;
b.    Menelaah kebijakan perusahaan;
c.    Mengidentifikasi pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa;
d.    Menelaah Akte Pendirian dan Anggaran Dasar Perusahaan
e.    Menelaah Kontrak-kontrak

Melaksanakan Prosedur Analitik
Prosedur analitik merupakan evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungn yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data nonkeuangan.
Dalam tahap perncanaan, prosedur analitik bertujuan untuk :
·        Memahami bidang usaha klien
·        Menilai kelangsungan hidup perusahaan klien
·        Mengindikasikan kemungkinan salah saji
·        Mengurangi pengujian rinci
Berikut merupakan 5 jenis prosedur analitis :
a.    Membandingkan data klien dengan data serupa tahun sebelumnya
b.    Membandingkan data klien dengan data rata-rata industry
c.    Membandingkan data klien dengan ekspektasi klien
d.    Membandingkan data klien dengan ekspektasi auditor

Menetapkan Tingkat Materialitas Awal
Materialitas merupakan tingkat salah saji informasi akuntansi yang dapat mengakibatkan perubahan pengaruh terhadap pertimbangan pihak yang memakai informasi tersebut.
Berikut langkah – langkah dalam penetapan tingkat materialitas awal :
a.    Menetapkan pertimbangan materialitas awal
Pertimbangan materialitas awal merupakan jumlah maksimal dimana auditor yakin terdapat salah saji dalam laporan keuangan namun tidak memengaruhi keputusan-keputusan para pengguna yang rasional.
b.    Mengalokasikan pertimbangan materialitas awal ke setiap bagian
Pengalokasian pertimbangan materialitas awal kesetiap bagian merupakan hal yang penting untuk dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti audit per bagian dibandingkan dengan laporan keuangan secara keseluruhan.
c.    Memperkirakan salah saji dan membandingkan dengan penilaian awal
Salah saji dalam suatu akun dapat berbentuk satu dari dua jenis ini, yaitu salah saji yang diketahui salah saji yang mungkin. Salah saji yang diketahui adalah salah saji dimana auditor dapat menetukan jumlah salah saji dalam akun tersebut. Salah saji yang mungkin terdapat dua jenis, pertama yaitu salah saji yang muncul karena adanya perbedaan antara penilaian manajemen dan penilaian auditor mengenai estimasi saldo akun. Yang kedua adalah proyeksi salah saji bedasarkan pengujian auditor atas sampel yang diambil dari populasi.
d.    Mengestimasikan salah saji gabungan
e.   Membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan materialitas dalam penilaian awal

Mempertimbangkan resiko audit
Risiko audit adalah risiko auditor tanpa sadar tidak melakukan modifikasi pendapat sebagaimana mestinya atas laporan keuangan yang mengandung salah sajimaterial (SAS 47 (AU 312.02)).Tujuan laporan audit standar menjelaskan bahwa audit dirancang untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan telah bebas dari salahsaji yang material. Karena audit tidak menjamin bahwa laporan keuangan telah bebas darisalah saji material, maka terdapat beberapa derajat risiko bahwa laporan keuangan mengandung salah saji yang tidak terdeteksi oleh auditor. Apabila auditor menganggap keyakinan yang memadai pada tingkat kepastian 99% bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material, maka risiko audit adalah 1%. Tantangan akhir dari suatu audit adalah bahwa suatu audit adalah auditor tidak dapat memeriksa semua buktiyang berkaitan dengan setiap asersi untuk setiap saldo akun dan golongan transaksi. Komponen risiko audit Seorang auditor tidak hanya harus mempertimbangkan risiko audit untuk setiapsaldo akun dan golongan transaksi saja, tetapi juga setiap asersi yang relevan dengansaldo akun dan golongan transaksi yang material. Factor risiko yang relevan dengan suatuasersi biasanya berbeda dengan factor risiko yang relevan dengan asersi lainnya untuk saldo akun atau golongan transaksi yang sama.
·        Risiko bawaan (inherent risk)
      Risiko bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap kemungkinan salahsaji yang material, dengan asumsi tidak terdapat pengendalian internal yangterkait. Penilaian terhadap risiko bawaan meliputi evaluasi factor-faktor yangdapat menyebabkan salah saji pada suatu asersi. Sebagai contoh, perhitunganyang rumit lebiih mungkin menimbulkan salah saji dibandingkan dengan perhitungan sederhana.
·        Risiko pengendalian (control risk)
      Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji yang materialdalam suatu asersi yang tidak akan dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas. Manajemen seringkali mengakuiadanya risiko salah saji yang melekat pada sistem Akuntansi, sehingga menajemen berusaha merancang struktur pengendalian intern untuk mencegah,mendeteksi, dan mengoreksi salah saji tersebut secara tepat waktu. Contohnya adalah ketika risiko salah saji yang material untuk suatu asersi dapat dikurangiapabila auditor memiliki bukti bahwa pengendalian intern atas asersi tersebuttelah secara efektif dirancang dan diterapkan dalam operasi.
·        Risiko deteksi (detection risk )
      Risiko deteksi adalah risiko yang timbul karena auditor tidak dapat mendeteksisalah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Setelah auditor membuatkeputusan tentang risiko audit, risiko bawaan, dan risiko pengendalian secarakeseluruhan, maka ia dapat menggunakan model risiko audit untuk membuatkeputusan tentang bukti audit yang diperlukan guna membatasi risiko sampaitingkat serendah mungkin. Saat ini, banyak prosedur audit yang melibatkan penggunaan teknik audit dengan bantuan computer sehingga auditor dapatmenggunakan teknologi untk membuat audit lebih efisien.

Mengembangkan strategi audit awal
Tujuan akhir perencanaan dan pelaksanaan audit yang dilakukan auditor adalah untuk mengurangi risiko audit ke tingkat yang rendah, untuk mendukung pendapat apakah, dalam semua hal yang material, laporan keuangan disajikan secara wajar. Tujuan ini diwujudkan melalui pengumpulan dan evaluasi bukti tentang asersi yang terkandung dalam laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.Karena keterkaitan antara bukti audit, materialitas, dan komponen risiko audit (risiko bawaan, risiko pengendalian, danm risiko deteksi), auditor dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit terhadap asersi individual atau golongan transaksi.

Memahami struktur pengendalian intern
Sruktur pengendalian intern terdiri dari 5 (lima) komponen, yaitu :
·        Lingkungan Pengendalian
Merupakan dasar dari komponen pengendalian yang lain yang secara umum dapat memberikan acuan disiplin. Meliputi : Integritas, Nilai Etika, Kompetensi personil perusahaan, Falsafah Manajemen dan gaya operasional, cara manajemen di dalam mendelegasikan tugas dan tanggung jawab, mengatur dan mengembangkan personil, serta, arahan yang diberikan oleh dewan direksi.
Kunci lingkungan pengendalian adalah:
·        Integritas dan Etika
·        Komitmen terhadap Kompetensi
·        Struktur Organisasi
·        Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab
·        Praktik dan Kebijakan Sumber Daya Manusia yang Baik

·        Penilaian Resiko
Identifikasi dan analisa atas resiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan yaitu mengenai penentuan “bagaimana resiko dinilai untuk kemudian dikelola”. Komponen ini hendaknya mengidentifikasi resiko baik internal maupun eksternal untuk kemudian dinilai. Sebelum melakukan penilain resiko, tujuan atau target hendaknya ditentukan terlebih dahulu dan dikaitkan sesuai dengan level-levelnya.
Langkah-langkah dalam penaksiran risiko adalah sebagai berikut:
·        Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
·        Menaksir risiko yang berpengaruh cukup signifikan
·        Menentukan tindakan yang dilakukan untuk me-manage risiko

·        Aktivitas Pengendalian
Kebijakan dan prosedur yang dapat membantu mengarahkan manajemen hendaknya dilaksanakan. Aktivitas pengendalian hendaknya dilaksanakan dengan menembus semua level dan semua fungsi yang ada di perusahaan.
Aktivitas pengendalian meliputi:
·        Pemisahan fungsi/tugas/wewenang yang cukup
·        Otorisasi traksaksi dan aktivitas lainnya yang sesuai
·        Pendokumentasiaan dan pencatatan yang cukup
·        Pengendalian secara fisik terhadap aset dan catatan
·        Evaluasi secara independen atas kinerja
·        Pengendalian terhadap pemrosesan informasi
·        Pembatasan akses terhadap sumberdaya dan catatan

·        Informasi dan Komunikasi
Menampung kebutuhan perusahaan di dalam mengidentifikasi, mengambil, dan mengkomukasikan informasi-informasi kepada pihak yang tepat agar mereka mampu melaksanakan tanggung jawab mereka. Di dalam perusahaan (organisasi), Sistem informasi merupakan kunci dari komponen pengendalian ini. Informasi internal maupun kejadian eksternal, aktifitas, dan kondisi maupun prasyarat hendaknya dikomunikasikan agar manajemen memperoleh informasi mengenai keputusan-keputusan bisnis yang harus diambil, dan untuk tujuan pelaporan eksternal.

·        Pengawasan
Pengendalian intern seharusnya diawasi oleh manajemen dan personil di dalam perusahaan. Ini merupakan kerangka kerja yang diasosiasikan dengan fungsi internal audit di dalam perusahaan (organisasi), juga dipandang sebagai pengawasan seperti aktifitas umum manajemen dan aktivitas supervise. Adalah penting bahwa defisiensi pengendalian intern hendaknya dilaporkan ke atas. Dan pemborosan yang serius seharusnya dilaporkan kepada manajemen puncak dan dewan direksi, hal ini meliputi :
·     Mengevaluasi temuan-temuan, reviu, rekomendasi audit secara tepat.
·   Menentukan tindakan yang tepat untuk menanggapi temuan dan rekomendasi dari audit dan review.
· Menyelesaikan dalam waktu yang telah ditentukan tindakan yang digunakan untuk menindaklanjuti rekomendasi yang menjadi perhatian manajemen.

Kelima komponen ini terkait satu dengan yang lainnya, sehingga dapat memberikan kinerja sistem yang terintegrasi yang dapat merespon perubahan kondisi secara dinamis. Sistem Pengendalian Internal terjalin dengan aktifitas opersional perusahaan, dana akan lebih efektif apabila pengendalian dibangun ke dalam infrastruktur perusahaan, untuk kemudian menjadi bagian yang paling esensial dari perusahaan (organisasi).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
silvia d.l. raharjo Blogger Template by Ipietoon Blogger Template